Teknologi yang semakin canggih membuat penggunanya bermanja ria. Termasuk para guru-guru yang tidak ingin pusing membuat RPP/Silabus atau lengkapnya Perangkat Pembelajaran maka dilakukan copas (copy paste) Perangkat Pembelajaran yang bertaburan di Internet.
Bukan mungkin, tapi sudah pasti para pengawas guru mengetahui akan hal ini, tetapi mereka hanya menegur secara halus kepada para guru yang melakukan copy paste Perangkat Pembelajaran yang didapatkan melalui Internet. Hal ini bisa saja ditolerir, tapi akan sangat mempunyai efek kepada peserta didik, karena RPP yang beredar kemungkinan standarnya jauh lebih maksimal daripada keadaan peserta didik ataupun fasilitas yang sekolah miliki.
Kutipan yang sempat saya simpan dimemori saat diadakan supervisi mata pelajaran tertentu, yang pastinya bukan mapel saya, pengawas mengatakan seperti ini "ini sumber belajar koq ada CD, memang pernah melakukan pembelajaran lewat CD, padahal di ruang kelas belum ada listrik?".
Contoh diatas merupakan salah satu kasus dimana terbongkarnya kedok sang guru bahwa RPP yang di printout merupakan hasil copas dari internet.
Memang untuk kesimple-an sangat praktis memang, download RPP di internet, masukkan nama sekola, alamat, dll, sampai mengganti atau memasukkan nama kepala sekolah dan guru mapel, lengkap dengan tanggal, RPP sudah siap di print out.
Sebenarnya hal diatas juga saya lakukan, tapi karena 1 alasan, saat pembuatan RPP saya sangat disibukkan dengan kegiatan lain sehingga untuk mengedit pun tidak mempunyai kesempatan. Tapi di Tahun 2013 ini saya mulai membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan keadaan sekolah tempat saya mengajar tentunya.
Sedikit saran dari kami beberapa guru di SMP Negeri 1 Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar, agar kiranya Perangkat Pembelajaran dibuat seragam saja per kabupatennya, yaitu di buat di dinas setempat, kemudian disebarkan kesekolah-sekolah, ini bertujuan agar kualitas dan kuantitas peserta didik di perkotaan dan pelosok desa bisa bersaing sehat dikarenakan materi yang diajarkan akan sama dan rata untuk masing-masing sekolah. Contohnya saja jika ada perlombaan seperti Cerdas Cermat yang dapat juaran bukan didominasi oleh siswa yang kota, di pedesaan sangat tertinggal. Karena dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat kini fasilitas pendidikan di kota dan di desa sudah hampir setara.
Bukan mungkin, tapi sudah pasti para pengawas guru mengetahui akan hal ini, tetapi mereka hanya menegur secara halus kepada para guru yang melakukan copy paste Perangkat Pembelajaran yang didapatkan melalui Internet. Hal ini bisa saja ditolerir, tapi akan sangat mempunyai efek kepada peserta didik, karena RPP yang beredar kemungkinan standarnya jauh lebih maksimal daripada keadaan peserta didik ataupun fasilitas yang sekolah miliki.
Kutipan yang sempat saya simpan dimemori saat diadakan supervisi mata pelajaran tertentu, yang pastinya bukan mapel saya, pengawas mengatakan seperti ini "ini sumber belajar koq ada CD, memang pernah melakukan pembelajaran lewat CD, padahal di ruang kelas belum ada listrik?".
Contoh diatas merupakan salah satu kasus dimana terbongkarnya kedok sang guru bahwa RPP yang di printout merupakan hasil copas dari internet.
Memang untuk kesimple-an sangat praktis memang, download RPP di internet, masukkan nama sekola, alamat, dll, sampai mengganti atau memasukkan nama kepala sekolah dan guru mapel, lengkap dengan tanggal, RPP sudah siap di print out.
Sebenarnya hal diatas juga saya lakukan, tapi karena 1 alasan, saat pembuatan RPP saya sangat disibukkan dengan kegiatan lain sehingga untuk mengedit pun tidak mempunyai kesempatan. Tapi di Tahun 2013 ini saya mulai membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan keadaan sekolah tempat saya mengajar tentunya.
Sedikit saran dari kami beberapa guru di SMP Negeri 1 Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar, agar kiranya Perangkat Pembelajaran dibuat seragam saja per kabupatennya, yaitu di buat di dinas setempat, kemudian disebarkan kesekolah-sekolah, ini bertujuan agar kualitas dan kuantitas peserta didik di perkotaan dan pelosok desa bisa bersaing sehat dikarenakan materi yang diajarkan akan sama dan rata untuk masing-masing sekolah. Contohnya saja jika ada perlombaan seperti Cerdas Cermat yang dapat juaran bukan didominasi oleh siswa yang kota, di pedesaan sangat tertinggal. Karena dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat kini fasilitas pendidikan di kota dan di desa sudah hampir setara.
No comments:
Post a Comment